Cara Mengubah Ukuran Kertas Google Docs

Halo, semua!

Kali ini saya mau ngasih tahu tentang cara mengubah ukuran kertas di Google Docs.

Langsung saja deh ya..

1. Buka file baru Google Docs.

Buka file baru di Google Docs dengan memencet tanda Dokumen Baru.

2. Klik tanda titik tiga

Klik tanda titik tiga di sebelah kanan atas.

3. Klik penataan halaman

Klik penataan halaman. Kalau tidak ada menu penataan halaman, matikan dulu mode tampilan. Kemudian periksa kembali dan tadaaa, muncul penataan halaman.

Sekarang anda bisa memilih ukuran kertas sesuai keinginan. Mulai dari letter, A4, B5, dll.

Sukses!

-Mirantie

Update Terbaru

Halo,

Sudah lama saya tidak menulis di blog ini karena sibuk. Banyak sekali hal yang terlewatkan untuk ditulis disini.

Belakangan saya sibuk menulis di Karya Karsa. Saya menulis satu cerbung dan satu novelet. Sebagai penulis, saya sangat senang bisa membagikan karya di situs Karya Karsa. Namun, naskah Tabel Kunci & Bilangan Asli akan dibagikan dalam versi buku cetak. Itupun kalau penerbit setuju, ya!

Saya juga mendirikan blog Snob Tech untuk update perkembangan teknologi terkini mengingat teknologi kian kemari kian canggih. Banyak sekali yang akan dibahas di blog teknologi tersebut.

Masalah Penulis Artikel di Era Milenial (2)

Sebelumnya saya sudah mengangkat topik yang sama di bagian satu tentang masalah penulis artikel di era Milenial ini yang juga terbit di Kompasiana. Ternyata masih ada saja pewarta umum yang tidak mengindahkan kaidah jurnalistik. Saya pun terganggu dengan ulah pewarta tak jelas tersebut.

Saya perhatikan kabar berita online tersebut memiliki alamat url yang tidak umum. Pemberian judul pada berita mereka cenderung jauh dari kaidah jurnalistik dasar. Setiap kali mereka membuat berita, judul yang diberikan pada headline itu tidak dapat dikatakan sesuai dengan kode etik jurnalistik umum. Bahkan terkesan kepanjangan dan banyak kesalahan dalam menentukan judul berita yang tepat. Kemungkinan besar sang penulis berita tersebut tidak memiliki pengalaman dengan ilmu jurnalistik dasar yang umum.

Di era digital modern ini siapapun dapat membuat website dan membuat berita apa saja sekehendak hatinya. Tanpa memikirkan pentingnya kaidah jurnalistik dasar umum, tanpa sadar ulah mereka telah membodohi para pembaca. Mereka tidak memikirkan betapa pentingnya kehati-hatian dalam menulis sebuah berita agar tidak terjatuh kedalam jurang kebodohan. Dan, betapa pentingnya ilmu jurnalistik dasar agar tercapai kesejahteraan bangsa. Tentu saja, kesejahteraan itu tidak akan tercapai kalau masih banyak penulis umum bangsa ini yang tidak mengerti kaidah jurnalistik dasar. Menentukan judul berita yang tepat saja sudah susah, bagaimana mungkin bangsa ini akan jadi cerdas jika penulis yang ahli semakin jarang ditemui?

Sebab itulah sejak dulu rakyat kita dihimbau untuk cerdas dalam belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kesatuan seperti yang tertulis dalam Soempah Pemoeda. Kita harus belajar dari majalah lama berbahasa Indonesia. Tentu jauh berbeda dengan apa yang kita baca di internet. Kaidah pers dan jurnalistik umum yang sudah ada sejak dulu itulah yang harus kita pertahankan. Kemajuan bangsa ini ditentukan dari besarnya kecintaan kita terhadap bahasa Indonesia.

– Mirantie Boreel

Masalah Penulis Artikel di Era Milenial

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mengizinkan saya mengangkat topik tentang masalah penulis artikel di era milenial.

Saya kerap menemukan beberapa artikel di media internet yang dimana terdapat kesalahan tanda baca, kalimat, paragraf, kosakata yang kurang tepat.

Dalam membaca suatu paragraf atau kalimat perlu memahami bahwa tanda baca itu penting. Tanpa pemahaman tanda baca yang tepat dapat mempersulit pembaca untuk memaknai tujuan penulisan sebuah artikel. Perlunya keterampilan yang mumpuni dalam menulis sebuah artikel adalah keharusan.

Tidak lupa juga keterampilan dalam mengolah paragraf menjadi satu gagasan yang mendukung topik hingga enak dibaca itu sangat penting agar mudah dicerna oleh pembaca.

Menurut Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. & Prof. Drs. Soedjito dalam bukunya Seri Terampil Menulis Bahasa Indonesia : Paragraf bahwa unsur-unsur paragraf terdiri atas 1) kalimat topik, 2) kalimat penjelas, 3) kalimat penegas, 4) alat transisi. Berdasarkan kehadirannya dalam paragraf, unsur-unsur itu dapat dibedakan atas unsur wajib, yakni kalimat topik dan kalimat penjelas; dan unsur tak wajib, yakni kalimat penegas dan alat transisi. Unsur wajib selalu hadir dalam paragraf, sedangkan unsur tak wajib tidak selalu harus hadir.

Kalimat Topk dan Kalimat Penjelas
Kalimat topik/kalimat utama adalah kalimat dalam paragraf yang mengandung satu gagasan/ide pokok (satu topik); sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat topik. Jadi, satu paragraf hanya boleh ada satu kalimat topik dan satu atau beberapa kalimat penjelas.

Contoh :

(1) Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa. (2) Melalui bahasa, kita dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat. (3) Bahkan, kita dapat mengenali perilaku dan kepribadian seseorang serta tinggi rendahnya suatu bangsa. (4) Memang, bahasa itu tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat penuturnya. (5) Benarlah bunyi peribahasa “bahasa menunjukkan bangsa.”

Kalimat (1) adalah kalimat topik, sedangkan kalimat (2), (3), (4), dan (5) adalah kalimat-kalimat penjelas. Pada contoh di atas, kalimat topik terletak pada awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat penjelasnya terletak di belakang kalimat topik. Jadi, setiap paragraf terdiri atas dua bagian, yakni satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.

Catatan:

Kalimat topik sebaiknya berupa kalimat tunggal (b), tidak berupa kalimat majemuk (a). Perhatikan contoh berikut ini.

(a) Karena dalam tata budaya Indonesia peran pria lebih dominan daripada wanita, seorang pria dapat menceraikan atau menikahi seorang wanita. Sebaliknya, seorang wanita umumnya hanya dapat minta cerai dari suaminya atau menikah dengan seorang pria, dan bukan menceraikan atau menikahi.

(b) Dalam tata budaya Indonesia, peran pria lebih dominan daripada wanita. Oleh karena itu, seorang pria dapat menceraikan atau menikahi seorang wanita. Sebaliknya, seorang wanita umumnya hanya dapat minta cerai atau menikah dengan, dan bukan menceraikan atau menikahi.

Sedangkan pada buku Seri Terampil Bahasa Indonesia : Kosakata oleh penulis yang sama dikatakan bahwa pada zaman sekarang, menulis bukan sekadar keterampilan bahasa atau komunikasi, tetapi bagian penting kecakapan literasi. Bersama membaca, menulis menjadi fondasi penting kecakapan berpikir kritis dan kreatif, yang merupakan inti literasi, yang sangat dibutuhkan pada zaman Revolusi Industri 4.0. Dengan menulis – selain membaca – dapat diasah, dilatih, dan ditingkatkan kecakapan berpikir yang logis dan etis untuk memperkuat kekritisan dan kekreatifan tiap individu. Untuk menguatkan, menajamkan, atau meningkatkan keterampilan menulis bahasa Indonesia, seseorang perlu menguasai seluk beluk kosakata bahasa Indonesia. Kekayaan dan keberagaman kosakata bahasa Indonesia menggambarkan keluasan, kedalaman, bahkan ketinggian pikiran dan perasaan seseorang.

Untuk itu, saat literasi sudah menjadi salah satu hak asasi dan sendi peri kehidupan masa kini dan masa depan, secara memadai setiap orang perlu menguasai kosakata suatu bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Penguasaan itu bisa dan perlu dipelajari, baik secara mandiri maupun melalui pelajaran, bukan terberi secara alamiah melalui kebiasaan bercakap-cakap saja.

– Mirantie Boreel

Artikel ini sudah tayang di Kompasiana.com

Mengembangkan Karakter Dalam Cerita

Mengembangkan karakter dalam novel dapat saja berasal dari sumber yang sama. Satu tokoh dengan berjuta cerita. Tinggal kita perkaya dengan menambahkan kerangka pikiran. Biasanya apa yang tersirat itu berasal dari pengalaman kita sendiri.

Dapat juga hal-hal yang magis turut serta dalam proses merangkum buah pemikiran. Magis disini bisa berarti sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan atau spiritual. Meskipun ada tabrakan yang bersifat rahasia, aktivitas menulis harus jalan terus. Melihat, melihat.

Karakter yang dikembangkan haruslah sesuai dengan gagasan-gagasan yang terdapat dalam paragraf kalimat cerita. Dalam novel kisah nyata, karakter yang dikembangkan itu berupa detail atau deskripsi tokoh-tokohnya. Begitu juga dengan penamaan tempat atau lokasi disebut dengan nama asli dari tempat atau lokasi dimana peristiwa terjadi.